KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada khadirat Allah Swt yang atas rahmatnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai “Peranan Mikroorganisme Dalam
Bioremediasi”. Salam tak lupa pula disanjungkan kepada nabi Muhammad Saw yang telah
membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang berilmu pengetahuan seperti saat
ini.
Pada
kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan ilmu kepada saya dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terima
kasih kepada orang tua saya dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
bahwa di dalam penulisan masih bnayak kekurangan, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membuat penyelesaian makalah ke depan lebih baik
lagi.
Darussalam,
8 Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………….….i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………ii
I.
PENDAHULUAN…………………………………………….………..1
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2
Tujuan…………………………………………………………………….1
1.3
Manfaat……………………………………………………………………1
II.
PEMBAHASAN……………………………………………………….3
2.1
Pengertian Bioremediasi…………………………………………………..3
2.2 Jenis Mikroorganisme
yang terlibat dalam Bioremediasi……………….4
2.3 Mekanisme kerja Mikroorganisme……………………………………….5
2.4 Hasil penelitian……………………………………………………………6
III.
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………8
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….8
3.2 Saran………………………………………………………………………8
IV.
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………......9
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bioremediasi berasal dari kata bio dan
remediasi atau "remediate" yang artinya menyelesaikan masalah. Secara
umum bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan mikroba untuk menyelesaikan
masalah-masalah lingkungan atau untuk menghilangkan senyawa yang tidak
diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau air permukaan sehingga linkungan
tersebut kembali bersih dan alamiah. Mikroba yang hidup di tanah dan di air
tanah dapat “memakan” bahan kimia berbahaya tertentu, misalnya berbagai jenis
minyak. Mikroba mengubah bahan kimia ini menjadi air dan gas yang tidak
berbahaya misalnya CO2. Bakteri yang secara spesifik menggunakan karbon dari
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber makanannya disebut sebagai bakteri
petrofilik. Bakteri inilah yang memegang peranan penting dalam bioremediasi
lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi.
Faktor utama agar mikroba dapat membersihkan
bahan kimia berbahaya dari lingkungan, yaitu adanya mikroba yang sesuai dan
tersedia kondisi lingkungan yang ideal tempat tumbuhh mikroba seperti suhu,pH,nutrient dan jumlah oksigen.
1.2 Tujuan
Tujuan dari bioremediasi adalah untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol atau mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan.
1.3 Manfaat Bioremediasi
Bioremediasi
telah memberikan manfaat yang luar biasa pada berbagai bidang, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1.Bidang Lingkungan
Pengolahan
limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah tersebut menjadi ramah
lingkungan. Contoh bioremediasi dalam lingkungan yakni telah membantu
mengurangi pencemaran dari limbah pabrik, misalnya pencemaran limbah oli di
laut Alaska berhasil diminimalisir dengan bantuan bakteri yang mampu
mendegradasi oli tersebut.
2.Bidang Industri
Bioremediasi
telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan semangat industri
sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus bergerak dibidang
bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation Products, Inc., di San
Clemente, Calif.
3.Bidang Ekonomi
3.Bidang Ekonomi
Karena
bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya ramah lingkungan,
sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan limbah memerlukan modal
dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang
lebih baik.
4.Bidang Pendidikan
Penggunaan
mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu penelitian terhadap
mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas. Pengetahuan ini akan
memberikan sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan sains.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu
bio dan remediasi yang dapat diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan
masalah. “Bio” yang dimaksud adalah organisme hidup, terutama mikroorganisme
yang digunakan dalam pemanfaatan pemecahan atau degradasi bahan pencemar
lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman bagi lingkungan
tersebut. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran
atau polutan. Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat,
petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti
pestisida, herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi
salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk
mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.
Menurut Ciroreksoko (1996), bioremediasi
diartikan sebagai proses pendegradasian bahan organik berbahaya secara biologis
menjadi senyawa lain seperti karbondioksida (CO2), metan, dan air. Sedangkan
menurut Craword (1996), bioremediasi merujuk pada penggunaan secara produktif
proses biodegradatif untuk menghilangkan atau mendetoksi polutan (biasanya
kontaminan tanah, air dan sedimen) yang mencemari lingkungan dan mengancam
kesehatan masyarakat. Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif
untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga
dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan
memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman
air. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen
tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah
cair ( misalnya menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen).
2.2 Jenis mikroorganisme yang terlibat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bioremediasi
adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan
dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah
khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri. Mikroorganisme akan
mendegradasi zat pencemar atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun. Polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan pencemar organik
dan sintetik (buatan). Bahan pencemar dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
terdegradasinya di lingkungan yaitu :
a. Bahan pencemar yang mudah terdegradasi
(biodegradable pollutant), yaitu bahan yang mudah terdegradasi di lingkungan
dan dapat diuraikan atau didekomposisi, baik secara alamiah yang dilakukan oleh
dekomposer (bakteri dan jamur) ataupun yang disengaja oleh manusia, contohnya
adalah limbah rumah tangga. Jenis polutan ini akan menimbulkan masalah
lingkungan bila kecepatan produksinya lebih cepat dari kecepatan degradasinya.
b. Bahan pencemar yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi (nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Contohnya adalah jenis logam berat seperti timbal (Pb) dan merkuri.
b. Bahan pencemar yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi (nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Contohnya adalah jenis logam berat seperti timbal (Pb) dan merkuri.
Sedangkan senyawa-senyawa pencemar menurut
keberadaannya dapat dibedakan menjadi :
a. Senyawa-senyawa yang secara alami ditemukan di alam dan jumlahnya (konsentrasinya) sangat tinggi, contohnya antara lain minyak mentah (hasil penyulingan), fosfat dan logam berat.
b. Senyawa xenobiotik yaitu senyawa kimia hasil rekayasa manusia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan di alam, contohnya adalah pestisida, herbisida, plastik dan serat sintesis
a. Senyawa-senyawa yang secara alami ditemukan di alam dan jumlahnya (konsentrasinya) sangat tinggi, contohnya antara lain minyak mentah (hasil penyulingan), fosfat dan logam berat.
b. Senyawa xenobiotik yaitu senyawa kimia hasil rekayasa manusia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan di alam, contohnya adalah pestisida, herbisida, plastik dan serat sintesis
Berikut ini merupakan beberapa jenis-jenis
mikroorganisme yang berperan dalam mendegradasi polutan minyak bumi dan logam
berat menjadi bahan yang tidak beracun.
1. Pencemaran minyak bumi
1. Pencemaran minyak bumi
Bahan utama yang terkandung di dalam minyak
bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi menghasilkan
fraksi hidrokarbon dari proses destilasi bertingkat. Apabila keberadaan
minyak bumi berlebihan di alam, masing-masing fraksi minyak bumi akan
menyebabkan pencemaran yang akan mengganggu kestabilan ekosistem yang
dicemarinya. Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi
berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi
yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi
oleh mikroorganisme.
* Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal.
* Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bakteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk mendegradasi minyak bumi. Beberapa contoh bakteri yang selanjutnya disebut bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang dapat menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Adapun contoh dari bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri dari genus Achromobacter, Arthrobacter, Acinetobacter, Actinomyces, Aeromonas, Brevibacterium, Flavobacterium, Moraxella, Klebsiella, Xanthomyces dan Pseudomonas, Bacillus. Beberapa contoh fungi yang digunakan dalam biodegradasi minyak bumi adalah fungi dari genus Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sp.orobolomyce, Cladosp.orium, Debaromyces, Fusarium, Hansenula, Rhodosp.oridium, Rhodoturula, Torulopsis, Trichoderma, Trichosp.oron. Sejumlah bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter calcoaceticus, Arthrobacter sp., Streptomyces viridans dan lain-lain menghasilkan senyawa biosurfaktan atau bioemulsi.
* Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal.
* Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bakteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.
Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk mendegradasi minyak bumi. Beberapa contoh bakteri yang selanjutnya disebut bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang dapat menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Adapun contoh dari bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri dari genus Achromobacter, Arthrobacter, Acinetobacter, Actinomyces, Aeromonas, Brevibacterium, Flavobacterium, Moraxella, Klebsiella, Xanthomyces dan Pseudomonas, Bacillus. Beberapa contoh fungi yang digunakan dalam biodegradasi minyak bumi adalah fungi dari genus Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sp.orobolomyce, Cladosp.orium, Debaromyces, Fusarium, Hansenula, Rhodosp.oridium, Rhodoturula, Torulopsis, Trichoderma, Trichosp.oron. Sejumlah bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter calcoaceticus, Arthrobacter sp., Streptomyces viridans dan lain-lain menghasilkan senyawa biosurfaktan atau bioemulsi.
2.3 Mekanisme kerja mikroorganisme
Pencemaran
lingkungan oleh hidrokarbon minyak bumi terus mengalami peningkatan dan telah
menimbulkan dampak yang berarti bagi makhluk hidup. Bioremediasi adalah salah
satu upaya untuk mengurangi polutan tersebut dengan bantuan organisme.
Biodegradasi senyawa hidrokarbon dari minyak bumi ini dapat dilakukan oleh
mikroorganisme, salah satunya adalah bakteri Pseudomonas
sp.
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran minyak bumi. Bahan utama minyak bumi adalah
hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak bumi juga mengandung
senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%.
Oleh karena itu, akan
dijelaskan mengenai mekanisme kerja bakteri Pseudomonas sp. dalam
proses bioremediasi pada pencemaran minyak bumi.
Gambar ; pencemaran
minyak bumi
Gambar : Pseudomonas. Sp
Salah satu faktor yang
sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi
senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga
sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas
dapat memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi
biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam
sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam biosurfaktan yang dihasilkan bakteri
Pseudomonas :
1.
Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti
glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam lemak dan fosfolipid) yang
terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif
permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair.
2.
Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal
dengan bioemulsifier polisakarida amfifatik. Dalam medium cair,
bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan
tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium.
Biosurfaktan merupakan
komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik,
yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu
menurunkan tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler
menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh
bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut
melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang
berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya
ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan,
sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel.
Pelepasan biosurfaktan
ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat (misal seperti
pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan
membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada beberapa
substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga
dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel
bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu,
senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu
dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga
melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke
dalam medium.
2.4 Hasil Penelitian
Uji aktivitas bakteri pereduksi sulfat untuk
bioremediasi tanah bekas tambang batu bara
Komposisi bakteri yg digunakan pada percobaan uji BPS
pada media Postgate cair. Sebelum diinokulasikan pada tanah bekas tambang batu
bara, biakan BPS sebanyak 1% dicampurkan pada bahan organik steril kemudian
diinkubasi selama 4 hari. Setelah bakteri tumbuh yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung dipermukaan bahan organik segera dimasukkan ke dalam
tanah bekas tambang batu bara dengan perbandingan 1 : 3 (v/v). selanjutnya
tanah ditambah dengan air steril sampai jenuh (berbentuk pasta/lumpur).
Percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan 3 kali ulangan,
masing-masing ulangan terdiri atas 5 ember. Sebagai control diberikan tanah
bekas tambang batu bara yang diberi bahan organik steril dan dilumpurkan.
Setiap 5 hari sampai hari ke-20 dilakukan pengukuran sulfat,pH dan Eh tanah. Untuk
mengetahui pertumbuhan BPS setiap 5 hari selama 20 hari pada perlakuan BPS
dilakukan re-isolasi pada media Postgate agar kemudian dihitung jumlah koloni
yang tumbuh. Efisiensi Bioremediasi dihitung untuk mengetahui berapa persen polutan
yang dapat diturunkan selama perlakuan. Efisiensi dihitung dengan rumus :
1. Efisiensi masing-masing perlakuan
= (konsentrasi sulfat awal) - (konsentrasi
sulfat akhir) × 100%
———————————————————————————
(konsentrasi awal)
2. Efisiensi perlakuan
terhadap control
= (kons. Sulfat akhir control) – (kons.
Sulfat akhir perlakuan) × 100%
——————————————————————————————
(konsentrasi sulfat akhir
kontrol)
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada perlakuan yang
tidak diinokulasi dengan BPS konsentrasi sulfat dalam larutan tersebut relative
tidak mengalami perubahan. Sedangkan perlakuan yg diinokulasi dengan BPS
terjadi penurunan dari konsentrasi sulfat sebesar 48.400 ppm pada hari ke 0
menjadi 9.300 ppm pada hari ke 20 setelah inkubasi.
Isolasi murni BPS yang
diisolasi dari limbah industri kertas dapat mereduksi sulfat yang ditambahkan
ke dalam media Postgate. Uji coba pemanfaatan BPS juga dilakukan untuk menurunkan
kandungan sulfat pada tanah bekas tambang batu bara. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perlakuan bioremediasi dengan BPS dapat menurunkan
konsentrasi sulfat dalam tanah bekas tambang batu bara.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Bioteknologi memberikan solusi baru dalam lingkungan yang
disebut dengan bioremediasi. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran atau polutan. Yang
termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon,
dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan
lain-lain. Dalam teknologi bioremediasi dikenal dua cara
menstimulasi pertumbuhan mikroba, yaitu dengan biostimulai dan bioaugmentasi.
Biostimulasi ádalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang sudah
ada di daerah tercemar dengan cara memberikan lingkungan pertumbuhan yang
diperlukan, yaitu penambahan nutrient dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada
sangat sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi
sehingga bioproses dapat dimulai. Bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk
mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme
yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri.
Mikroorganisme akan mendegradasi zat pencemar atau polutan menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun. Setiap mikroorganisme mengalami mekanisme
kerja contohnya pada bakteri Pseudomonas sp. dalam
proses bioremediasi pada pencemaran minyak bumi.
3.2 Saran
Bioremediasi memberikan solusi baru bagi kualitas hidup
lingkungan, oleh karena itu penerapan bioremediasi baik skala kecil dan skala
besar dapat dilakukan. Dlam lingkungan universitas, bioremediasi dapat
diterapkan karena skala limbah di universitas cukup banyak. Dengan memilah
limbah tersebut, dan membioremediasikannya, maka penelitian tentang
bioremediasi dapat dilakukan dengan lebih lanjut, mengingat universitas yang
memiliki progam pendidikan sains tentunya memiliki fasilitas yang menunjang.
IV. DAFTAR PUSTAKA
A. Suwanto. 1998.
Bioteknologi molekuler: Mengoptimalkan manfaat keanekaan hayati melalui
teknologi DNA rekombinan (in Indonesian). Bogor: IPB.
Baldrian, P. 2003.
Enzyme and Microbial. Technol. 23 :79-91
Fumento, Michael.
2003. Bioevolution: How Biotechnology Is Changing Our World . United State of
America : Encounter Books.
P, Citroeksoko. 1996.
Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Cibinong : Bumi Aksara
Stherland, J.B. 2001.
Bioremediasi Hidrokarbon. Jakarta : Styrofoam
Saya ijin untuk menggunakan makalah Anda sebagai referensi pembuatan makalah saya.
BalasHapusTerima kasih.