BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pertanian dapat dianggap sebagai
suatu usaha intuk mengadakan suatu ekosistem buatan yanga bertugas menyediaakan
bahan makanan bagi manusia.Untuk mendapatkan produksi yang optimal seperti yang
diharapkan, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam bertani, diantaranya
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dan teknik tepat dalam bertani. Untuk
mengetahui bagaimana teknik dan
perlakuan yang tepat dalam bertani, maka sudah barang tentu kita harus
mengetahui ban memahami sifat, dan kejadian apa saja yang terjadi baik pada
tanaman itu sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memahami
bagaimana hubungan yang terjadi antara suatu organisme dengan lingkungannya,
dan pegaruh-pengaruhnya terhadap pertanian, maka kita peril mempelajari Ekologi
pertanian, yakni siatu ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi didalam
merancang, mengelola, dan mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan
lestari, yang disana akan dipelajari tentang agroekosistem.Pertanian sebagai
suatu ekosistem buatan, mempunyai hubungan saling emempengaruhi antara makhluk
hidup dan lingkungan sekitarnya, baik yang menguntungkan bagi pertanian itu
sendiri mauun yang merugikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa konsep
agroekositem.
2.
Komponen apa
saja yang ada dalam agroekosistem.
3.
Apa saja
tipe agroekosistem.
4.
Bagaimana
interaksi komponen-komponen dalam agroekosistem.
C. Tujuan
1.
Mengetahui
dan memahami konsep agroekosistem.
2.
Mengetahui
komponen-komponaen dalam agroekosistem.
3.
Mengetahui
tipe-tipe agroekosistem.
4.
Mengetahui
dan memahami interaksi yang terjadi antara komponen-komponen dalam
agroekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Agroekosistem
Agroekosistem adalah
komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungannya (baik fisik
maupun kimia) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan Pangan, pakan,
serat, kayu bakar, dan produk- produk lainnya.
Pengertian lain tentang
agroekosistem adalah, bahwa agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem
binaan manusia yang bertujuan menghasikan produksi pertanian guna memenuhi
kebutuhan manusia.
Konsep agroekosistem
adalah sistem ekologi yang terdapat didalam lingkungan pertanian, yang biasanya
merupakan sistem alami yang terjadi setelah dibentuk oleh manusia.[1][1]
Atau dalam arti lain
agroekosistem adalah suatu kawasan tempat membudidayakan makhluk hidup tertentu
meliputi apa saja yang hidup di dalamnya serta material lain yang saling
berinteraksi. Agar lebih mudah difahami, dapat diartikan lahan pertanian dalam
arti luas, termasuk kedalamnya hutan produksi dengan komoditas tanaman industry
(HTI), kawasan peternakan dengan lading penggembalaan serta tambak-tambak ikan.[2][2]
Seperti yang kita
ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai komponen, dari
yang abiotic sampai dengan yang biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian,
dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang
apabila interaksi tersebut normal, akan terjadi sebuah keseimbangan ekosistem
dan sebaliknya apabila tidak normal, atau ada salah satu di ntara komponen
tersebut yang jumlahnya melampaui batas, missal meledaknya hama maka
interaksinya akan terganggu dan tidak akan seimbang.
B. Komponen Agroekosistem
Agroekosistem meliputi
seluruh komponen ekosistem yang berada di lingkungan pertanian, yang meliputi:
1.
Komponen abiotik.
a.
Air.
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri akan air. Oleh sebab
itu, air merupakan salah satu komponen abiotic yang sangat menentukan
kelangsungan hidup organisme.
Jika kita perhatikan berbagai daerah di skitar kita, maka ada daerah yang
kaya akan air, tetapi ada pula yang kering. Perbedaan keadaan tersebut
menyebabkan cara adaptasi berbeda-beda.[3][3]
Di dalam agroekosistem, perbedaan keadaan lahan yang berair dengan lahan
kering memiliki penanganan yang berbeda dan tentunya berbeda dalam segi
varietas tanaman yang ditanam.
b.
Tanah.
Tanah merupakan tempat hidup seluruh kehidupan.Sebagian besar penyusun
makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung berasal dari tanah.Oleh sebab
itu tak mungkin ada kehiduan tanpa adanya tanah.[4][4]
Karena sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah, maka
perkembangan suatu ekosistem, khususnya ekosistem darat seperti pertanian dan
sebagainya sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya.Tanah yang subur adalah
tanah yang mampu menyediakan kebutuhan organisme, yaitu banyak kandungan unsur
hara makro dan mikro-nya, cukup remah, dan mengandung biomass yang berguna bagi
tanaman dan tanah itu sendiri khususnya.
c.
Udara
Udara atau gas merupakan komponen utama dari atmosfer bumi.Gas-gas di
atmosfer ini disamping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur
zat tertentu, seperti oksigen, karbondioksida, nitrogen dan hidrogen.[5][5]
Di atmosfer, udara juga merupakan komponen utama tanah. Tanah yang cukup
pori/rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik
aerasinya akan baik proses mineralisasinya. Dengan demikian komponen udara di
atmosfer maupun di tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Hal ini
akan berpengaruh pada tanaman.
d.
Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotic yang berfungsi sebagai sumber
energi primer bagi ekosistem.[6][6] Seperti yang kita
ketahui, pada aliran energy yang bersumber dari matahari yang kemudian diserap
dan digunakan tanaman ataupun tumbuhan dalam proses fotosintesis. Kemudian
tumbuhan dimakan oleh konsumen I, dan seterusnya sebagaimana yang kita lihat
pada rantai makanan.Penyebaran cahaya
matahari ke permukaan bumi tidaklah merata. Oleh sebab itu, organisme mempunyai
cara menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya
berbeda.
e.
Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu, hal itu karena
pada setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia yang berkitan
erat dengan suhu.[7][7]Tak terkecuali pada
tanaman, yang juga memerlukan suhu optimum untuk metabolisnya. Tinggi rendahnya
suhu suatu lingkungan mempengaruhi varietas apa yang cocok untuk di tanam di
sana.
Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara teganggu,
karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terus-menerus tanaman
akan rusak. Suhu rendah pada kebanyakan tanaman mengakibatkan rusaknya batang,
daun muda, tunas, bunga dan buah.Besarnya kerusakan organ atau jaringan tanaman
akibat suhu rendah tergantung pada keadaan air, keadaan unsur hara, morfologis
dan kondisi fisiologis tanaman. Pada suhu maksimum, jaringan tanaman akan mati.
Suhu yang baik untuk tanaman dalah suhu maksimum.[8][8]
f.
Kelembapan
Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keersediaan air dalam tubuh. Tersedianya air dalam tubuh
berperan besar dalam menunjang proses metabolisme. setiap organisme mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.[9][9]
Dengan begitu, tingkat kelembapan pada suatu wilayah akan mempengaruhi
jenis varietas, OPT, kondisi tanah, dan penanganannya tentunya.
g.
Arus angin
Arus angin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perikehidupan tumbuhan.Di
samping itu, arus angin juga berpengaruh dalam menjaga kesuburan tanah suatu
lingkungan.
Pada daerah yang arus anginnya kencang, hanya jenis tumbuhan yang mempunai
perakaran kuat dan berbatang liat yang dapat bertahan hidup. Sedangkan tumbuhan yang perakarannya tidak
kuat dan batangnya tidak liat, maka akan mudah terangkat atau patah oleh kencangnya
angin.[10][10]
h.
Derajat keasaman / pH
Derajat keasaman atau pH pada media memberi pengaruh yang besar terhadap
distribusi organisme. Pada lingkungan yang berbeda pH-nya akan berbeda pula organisme yang hidup
disana.[11][11]Hal tersebut karena ada
beberapa jenis organisme yang hidup di medium yang netral, da nada juga yang
suka hidup di media masam dan ada pula yang menyukai medium yang bersifat basa.
Dalam agroekosistem ataupun pertanian, berdasarkan derajat keasamannya
memiliki penanganan yang berbeda-beda.Daerah yang memiliki derajat keasaman
yang tinggi biasanya adalah daerah gambut.
i.
Iklim
Iklim merupakan komponen abiotik yang terbentuk sebagai hasil interaksi
berbagai komponenabiotik lainnya, seperti kelembapan udara, suhu, curah hujan,
dan lain-lain.[12][12]
Perbedaan iklim dengan cuaca adalah, cuaca merupakan keadaan atmosfer dalam
waktu tertentu dan pada area yang terbatas.Sedangkan iklim adalah rata-rata
keadaan cuaca dalam waktu yang lama dan dalam tempat yang luas.
Iklim uatu daerah sangat menentukan jenis tanaman dan hasil produksi
pertaniannya. Perubahan iklim yang tiba-tiba, akan membuat petani kewalahan
terutama dalam menentukan waktu tanam, atau bahkan bisa berakibat gagal panen.
Bukan hanya itu, akibat iklim tertentu juga dapat menyebabkan meledaknya suatu
populasi hama, dan berakibat fatal pada tanaman budidaya petani.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi
tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama,
penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat
disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit
menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan,
bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat
tinggi.Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor
iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak
disibukkan oleh masalah penyakit tanaman sperti penyakit kresek dan blas pada
padi, antraknosa cabai dan sebagainya. Sementara pada musim kemarau banyak
masalah hama penggerek batang padi dan hama belalang kembara.[13][13]
Pada hakikatnya, iklim sangat berpengaruh pada kesuburan ta tanah dan
tumbuhan, banyaknya tumbuhan juga berpengaruh pada iklim, namun tanah yang
subur tidak berpengaruh pada tumbuhan.[14][14]
j.
Topografi
Topografi adalah altitude dan latitude suatu tempat.Topografi
mempunyai pengaruh besar terhadap penyebaran makhluk hidup, yang tampak jelas
adalah penyebaran tumbuhannya.[15][15]Demikian pada pertanian
atau agroekosistem, topografi juga sangat menentukan jenis varietas,
pengelolaan lahan dan lain-lainnya.Missal pada daerag lereng gunung,
pengelolaan lahan biasanya dibuat perundakan pada penanaman padi, atau pada
daerah puncak yang biasanya digunakan untuk perkrbunan teh.
k.
Garam mineral
Tumbuhan mengambil zat hara dari tanah atau air di lingkungan berupa
larutan ion garam-garam mineral.[16][16] Ada tanaman yang mampu
menyerap unsur-unsur tertentu dari tanah tanpa bantuan orgnisme lain. Namun ada
juga tumbuhan yang untuk mendapatkan suatu unsur memerlukan oranisme lain.
Misal pada tanaman atau tumbuhan polong-polongan yang memerlukan bantuan
bakteri rhizobium untuk mmengikat unsur N dari udara.
l.
Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang
digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas
(jazat pengganggu).[17][17]Pestisida juga
merupakan factor penting dalam fagroekosistem. Penggunaan pestisida dapat embantu
petani dalam melindungi tanamannya dari OPT, namun pemakaian pestisida juga ada
yang memberi dampak buruk, baik bagi tanaman atau lingkungan sekitar.
m.
Teknologi
Teknologi sangat dibutuhkan dalam pertanian.Mulai dari tahap pembenihan ada
yang disebut dengan teknologi benih, sampai dengan pemanenan dan pasca
panen.Teknologi berperan dalam menghasilkan varietas unggul demi mendaatkan
haasil produksi yang maksimal dan mampu bersaing di pasaran, serta menciptakan
pertanian yang berkelanjutan.
2. Komponen Biotik
a.
Manusia
Di dalam agroekosistem ataupun ekosistem buatan manusia yang diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia sangat berperan penting di dalamnya,
mulai dari persiapan awal sampai dengan pasca panen, dan bahkan sebagai
konsumen hasil produksi.
b.
Biota tanah
Di dalam tanah, berdasarkan berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian
secara umum terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang mrnguntungkan
dan yang merugikan. Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah
digolongkan menjadi:
Ø Jasad fungsional, contohnya bakteri nitromonas dan nitrobacter yang
berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium alam fiksasi N-bebas,
endomikoriza dalam penyediaan dan penyerapan hara P oleh tanaman.
c.
Hewan ternak
Kehadiran hewan ternak seperti kerbau juga dapat menjadi komponen yang
menguntungkan dalam pertanian, terutama dalam tipe persawahan. Kerbau dapat
digunakan sebagai alat bantu manusia dalam membajak sawah secara tradisional.
d.
Pathogen
Pathogen dapat diartikan sebagai mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya
penyakit pada tanaman.
e.
Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang umbuh tidak
sesuai dengan tempatnya.[19][19] Kehadiran gulma pada
suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian yakni menurunkan ngka
hasil, menurunkan mutu hasil, menjadi inang alternative hama atau patogen,
mempersulitpengolahan dan mempertinggi biaya produksi, dapat menumbuhkan zat
beracun dari golongan fenol bagi umbuhan lainnya, dan mengurangi debit dan
kualitas air.[20][20]
f.
Hama
Ada beberapa hama yang dikenal dalam pertanian yakni Nematoda parasitic
tanaman, serangga hama tanaman, tungau, siput, hewan vertebrata, satwa liar dan
burung.[21][21]
C. Tipe Agroekosistem
Berdasarkan jenis
sampai varietas tanaman yang ditanam, diantaranya:
a)
Monokultur, yaitu satu jenis atau satu varietas tanaman saja yang di tanam
dalam agroekosistem
b)
Polikultur, yaitu penanaman lebih dari satu jenis atau varietas tanaman
dalam satu kawasan agroekosistem. Meliputi: tumpang sari (Multiple cropping),
tanam lajur (Intercropping) dan tanam bergilir lebih dari satu jenis atau
varietas tanaman (alleycropping).
Berdasarkan kondisi
lahan, meliputi:
a)
Lahan kering
b)
Lahan basah
c)
Gambut
d)
Rawa
Berdasarkan penggunaan
lahan, yaitu:
a)
Perkebunan
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur sesuai dengan
ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan. Perkebunan penting bagi
bahan ekspor dan bahan industri. Jenis-jenis tanaman perkebunan khususnya di
Indonesia antara lain karet, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, kelapa,
cokelat, kina, kapas, cengkih (Soerjani, 2007).
Pada sistem pengairan, pertanian lahan kering, kondisi topogragfi memegang
peranan cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas
pengairan. Sumber – sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah,
sehingga air perlu dinaikkan terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata
dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada lahan kering dapat berhasil dan
efektif pada wilayah yang datar datar – berombak (Kurnia, 2004).
b)
Persawahan
Sawah adalah pertanian
yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah merupakan
cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan merupakan cara
yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu dengan dibajak,
diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah bukaan baru dapat
berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang dijadikan sawah.
Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil padi pada
lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas pertumbuhan dan
hasil padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).
Lahan untuk sawah
bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang rendah dan sangat
rendah.Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya volkan tua
dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan kejenuhan basa
rendah bahkan sangat rendah.Kandungan bahan organik, hara N, P, K dan KTK
umumnya rendah (Suharta dan Sukardi, 1994).
Padi (oryza sativa l)
tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis.Untuk padi sawah, ketersediaan
air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting.Oleh karena
air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan
air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.
c)
Ladang
d)
Agriforestri (hutan tanaman)
Agroforesty kompleks
(Van Noordwijk et al, 1995).
Praktek agrikultur
dengan intensitas rendah seperti perladangan berpindah, pekarangan tradisional,
talun, rotasi lahan, menyisakan banyak proses ekosistem alami dan komposisi
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sistem dengan intensitas tinggi, termasuk
perkebunan modern yang seragam dan peternakan besar, mungkin merubah ekosistem
secara keseluruhan sehingga sedikit sekali biota dan keistimewaan bentang alam
sebelumnya yang tersisa (Karyono, 2000).
e)
Kebun/pekarangan campuran
Pekarangan adalah areal
tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan.Tanah ini dapat
diplester, dipakai untuk berkebun, ditanami bunga atau terkadang memiliki
kolam. Pekarangan bisa berada di depan, di belakang, disamping sebuah bangunan,
tergantung besar sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan
utamanya (Anonim, 2009).
Lahan pekarangan
beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling
menguntungkan.Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan
sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk
kandang untuk menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara
tanah, tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn
merupakan satu kesatuan terpadu (Pratiwi, 2004).
Komponen abiotik dan biotik di dalam agroekosistem saling berinteraksi
untuk mencapai keseibampangan ekosistem pertanian. Kebutuhan pangan atau sumber
nutrisi bagi faktor biotik tersedia dengan adanya faktor abiotik tanah, air,
unsur hara, dan anasir iklim yang mendukung nutrisi dalam tanah maupun udara
menjadi tersedia. Adanya daur unsur atau daur biogeokimiawi di alam menunjukkan
keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di bab
sebelumnya kita dapat menyimpulkan bahwa agroekosistem merupakan suatu
ekosistem buatan manusia yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Agroekosistam
mempunyai komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain yang
apabila interaksinya tidak normal atau salah satu sari komponennya melebihi
batas normal akan mengakibatkan masalah. Dan apabila interaksi berjalan normal
maka akan tercipta suatu keseimbangan.
0 komentar:
Posting Komentar