About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Most Popular

Jumat, 08 Mei 2015

MAKALAH TENTANG PENGARUH OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea Mays saccharata STURT.)

PENGARUH OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea Mays saccharata STURT.)

 



Assalamu’alaikum wr. wb
            Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Geoteknik I tepat pada waktunya.
            Shalawat dan salam tercurahkan kepada Baginda Rasullullah Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
            Agronomi adalah salah satu cabang ilmu terapan yang mempelajari aspek biofisik yang berhubungan erat dengan penyempurnaan budidaya tanaman di lapangan. Oleh karena itu diperlukan dasar yang kuat secara praktis dalam rangka agronomi.
           Dalam uraian-uraian, banyak disajikan tabel-tabel dengan maksud agar para pembaca akan dapat menelaah permasalahan pertanian sebagai salah satu sektor bidang ekonomi dengan berbagai problema kompleks. Setidaknya akan menjauhkan anggapan yang seolah-olah lingkup pertanian itu hanyalah hal-hal yang berhubungan antar tanaman dan tanah saja.
Banda Aceh, 20 Desember 2010

                                                                                                            Penyusun,
(i)
BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu sendiri. Faktor dalam dari tanaman itu adalah genetika dari tanaman tersebut yang terekspesikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh hasil, sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotik maupun abiotik meliputi unsur–unsur yang menjadi pengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi alam antara lain adalah iklim, curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya, kesuburan tanah serta ada tidaknya hama dan penyakit. Untuk dapat memanfaatkan unsur–unsur tersebut secara optimal maka perlu adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara lain pengolahan lahan, pemilihan bibit atau varietas unggul, pengaturan kebutuhan benih pada petak, pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi, pengendalian hama dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau produksi pertanian.
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah pengolahan tanah. Secara umum pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan kondisi fisik tanah agar siap untuk ditanami. Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yan baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang akan digunakan sebagai media tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang penting untuk tanaman.
Pengolahan tanah bertujuan untuk memberikan kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Disamping itu, pengolahan tanah juga untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan memberantas atau mencegah pertumbuhan gulma. Pengolahan tanah yang dilakukan adalah dengan pencangkulan. Mengolah tanah meliputi pekerjaan memecah, membalik, dan meratakan tanah, sehingga diperoleh keadaan tanah yang gembur dan terhindar dari kepadatan tanah yang dapat mengganggu infiltrasi. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
Hasil tanaman tidak akan optimal bila tanaman itu tidak dipelihara dengan baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pemupukan, dan pengendalian pengganggu tanaman. Dalam pemupukan, harus diperhatikan kapan waktu dan berapa dosis yang tepat untuk tanaman tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan tanaman dari kelebihan pupuk yang hanya akan meracuni tanaman tersebut. Sehingga, hasil tanaman lebih optimal.
B.       Tujuan Pratikum
            Tujuan pratikum ini secara umum untuk mengetahui dan memahami bagaimana sistem olah tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis. Merekomendasi cara olah tanah yang terbaik untuk budidaya jagung manis.
C.      Hipotesis
            Teknologi budidaya TOT (tanpa olah tanah) juga bisa menghasilkan produktivitas suatu tanaman lebih tinggi dari pada yang dilakukan dengan cara olah tanah.TOT (tanpa olah tanah) lebih menjaga produktivitas lahan, itu terbukti dari percobaan yang kami lakukan yaitu penanaman jagung manis, hasil panen jagung manis yang kami lakukan lebih banyak menghasilkan tongkol buah dari bedeng yang tanpa olah tanah. bukan hanya menghasilkan banyak buah /tongkol tetapi juga kapatisitas buah yang besar-besar dan lebar. Maka dari itu teknologi TOT (tanpa olah tanah) lebih cocok diterapkan dalam budidaya jagung manis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Pada prinsipnya sistem olah tanah, tanah minimum dan tanpa olah tanah dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Memang ada beberapa jenis tanaman yang tidak dapat ditingkatkan hasilnya dengan mengurangi salah satu kegiatan pengolahan atau kombinasi beberapa kegiatan,kita harus melakukan pengujian untuk memperoleh  sistem yang terbaik untuk dilaksanakan. Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan tetap diperlukan dalam pertanian modern. Pengolahan tanah bagaimana yang tepat untuk kelestarian sumberdaya tanah, mendefinisikan pengolahan tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma (Bahri,1995).
Mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk peng-olahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi (Soekarto, 1985).
Mengolah tanah berarti mengubah tanah pertanian dengan menggunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya, ditinjau dari struktur dan porositas tanah (AAK,1983).
Pengolahan tanah memerlukan input energi yang tinggi. Input ini bias dihasilkan dari dari dalam suatu usaha tani (tenaga kerja manusia atau tenaga hewan) ataupun berasal dari luar lahan (tenaga buruh atau hewan yang disewa, mekanisasi berbahan bakar). Pengolahan tanah bias mengakibatkan efek negative bagi kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik. Jika dikerjakan dengan baik pengolahan tanah bias juga menigkatkan erosi (Reijntjes dkk, 2009).
Tujuan dari pengolahan tanah salah satunya adalah membantu pengendalian erosi. Sehubungan dengan tujuan tersebut, seharusnya dijelaskan bahwa pengolahan lebih bertanggung jawab pada percepatan erosi dibandingkan untuk mengurangi erosi. Bagaimanapun, garis luar pengolahan dapat membantu dalam pengendalian erosi (Pearson, 1967).
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat, benih harus bebas hama dan penyakit, benih harus murni, benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat, mempunyai daya kecambah 80%, benih yang baik akan tenggelam apabila direndam dalam air, dan benih tidak keriput, mengkilat dengan warna normal (Seiriam, 2001).
Penanaman jagung pada umumnya dilakukan pada musim kering (kemarau) atau disebut jagung marengan. Meskipun demikian, penanaman jagung kadang-kadang dilakukan pada musim hujan yang disebut jagung labuhan. Jagung yang ditanam pada musim hujan mengalami banyak hambatan antara lain, terlalu jenuh air, resiko serangan penyakit cukup tinggi, proses pengolahan pasca panen terganggu dan reproduksinya cenderung turun (Anonim, 2006).
Untuk pertumbuhan tanaman jagung diperlukan air dan udara. Selama benih belum tumbuh, peranan air cukup besar dalam membantu proses perkecambahan benih. Benih yang diberi air akan berusaha menyerap, kemudian dilanjutkan perubahan dan perkembangan sel dalam biji, akhirnya benih tumbuh (Anonim, 2005).
            Proses pemupukan terhadap tanaman akan mempengaruhi pertumbuhannya seperti ukuran batang ideal, daun jadi lebih berbentuk dan warna aroma bau pada bunga menjadi lebih menonjol keharumannya. Dengan pemupukan yang teratur dapat mempercepat laju pertumbuhan sebatang tanaman serta membuatnya menjadi lebih subur. Dari segi fisiknya, ada 2 jenis pupuk yaitu pupuk alami (pupuk organik) dan pupuk buatan (pupuk anorganik) (Jaenal Mutaqin, 2008).
Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu, dan cara pemupukan adalah sebagai berikut:
1.      Jenis dan dosis pemupukan
Jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk anoprganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang yang diberikan pada lahan kurang subur. Dosisnya sekitar 15-20 ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk untuk jagung hibrida sedikit berbeda dengan jagung nonhibrida. Untuk jagung hibruda, per hektarnya dibutuhkan urea 300 kg, SP-36 100 kg, dan KCl 50 kg. sementara untuk jagung nonhibrida, per hektarnya dibutuhkan urea 250 kg, SP-36 100 kg, KCl 50 kg.
Bila lahan sudah mengandung cukup unsur P karena penggunaan P (SP-36 atau TSP) yang terus-menerus, sebaiknya penggunaan pupuk tersebut tidak perlu dilakukan atau cukup dengan dosis 50 kg TSP/ha. Demikian pula bila lahan sudah mengandung cukup unsur K maka pemberian pupuk KCl dapat dikurangi atau ditiadakan.



2.      Waktu dan jumlah pemupukan
Pupuk kandang diberikan seluruhnya pada saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Pupuk N diberikan dua kali, yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam. Untuk tanah-tanah bertektstur ringan dan dengan curah hujan tinggi, pupuk N diberikan sebanyak tiga kali.
3.      Cara pemupukan
Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan bersama dengan pengolahan tanah. Sementara pemberian pupuk dasar berupa urea, TSP, dan KCl dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 7 cm di kiri dan kanan tanaman.
Untuk urea dan TSP diberikan dalam satu lubang, sedangkan KCl pada lubang tersendiri. Setelah dimasukkan pupuk, selanjutnya lubang ditutup kembali dengan tanah. Sementara pemberian pupuk susulan dilakukan dengan cara ditugal sedalam 10 cm sekitar 15 cm dari tanah (Adisarwanto 2004).
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain: jenis pupuk yang digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian pupuk serta cara atau metode pemupukan. Peningkatan produksi pertanian dapat dilalui melalui pendekatan tekhnologi yang tepat antara lain dengan menerapkan tekhnologi pemupukan berimbang spesifik lokasi. Saat ini tekhnologi pemupukan sesuai anjuran hampir tidak dilakukan oleh sebagian petani Indonesia, sehingga menyebabkan pemupukan menjadi tidak berimbang (Anonimous, 2007).


Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke    dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat  memenuhi jumlah kebutuhan bahan   organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organic sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.
Pengaruh Bahan Organik terhadap Tanaman Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).
Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur hara yang paling banyak diperlukan tanaman dan merupakan pembatas pertumbuhan dan hasil tanaman. Sampai saat ini permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan adalah pemangkasannya yang rendah. Meskipun demikian kebutuhan pokok pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bahan dasar lainnya masih cukup banyak pupuk yang diperlukan. Untuk mengurangi perbedaan yang besar antara kebutuhan (demand) dan pasokan (supply), tambahan pupuk organik dan pupuk hayati sangat diperlukan. Kemungkinan besar terdapat kendala yang cukup besar dalam program pengembangan pertanian organik, terutama pengumpulan, penyimpanan, dan pemamfaatan bahan organik. Akan tetapi kesulitan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan pupuk hayati. Suatu hal yang mungkin dapat dilaksanakan untuk memproduksi dan memasok pupuk hayati apabila tahapan yang harus dilaksanakan dirancang dengan baik (Rachman Sutanto, 2002).












BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN


A.      Alat dan Bahan
a.         Alat
            Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan Pengaruh Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (termasuk proses pengolahan tanah, pemeliharaan dan pengamatan) adalah cangkul, garu, gembor, timbangan, meteran, jangka sorong, timbangan, alat tulis-menulis, ajir bambu, papan nama, dan sebagainya.
b.      Bahan
      Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan Pengaruh Olah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis adalah sebagai berikut:
-    Benih, yaitu jagung manis.
-    Bahan-bahan kimia, yaitu pupuk Urea, KCl, TSP, insektisida Furadan atau Carbofuradan, insektisida monocrotofos 15 WSC (Azodrin), Fungisida Dithane M-45 yang akan digunakan sesuai kebutuhan.
-    Bahan-bahan organik, yaitu  kompos dan pupuk kandang.

B.     Pelaksanaan Percobaan
a.         Pengolahan Tanah
         Bedengan atau tanah diolah pada lapisan top soil (permukaan atas) dengan menggunakan cangkul. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m lebar. Jarak antar bedengan sekaligus sebagai saluran drainase adalah 0,5 m dan diusahakan kedalamannya 20 cm. Pengolahan tanah dilakukan seminngu sebelum penanaman dilakukan.
b.        Perlakuan Olah Tanah
            Pengolahan tanah dilakukan dengan tiga cara (sekaligus sebagai perlakuan dalam percobaan ini). Adapun cara olah tanah (OT) sebagai berikut.
-    Olah Tanah 0 (OT0) = tanpa olah tanah
-    Olah Tanah 1 (OT1) = olah tanah satu kali
-    Olah Tanah 2 (OT2) = olah tanah dua kali
         Masing-masing sistem pengolahan tanah tersebut dilkukan ulangan sebanyak tiga kali, dan bedengan yang digunakan berjumlah sembilan. Secara lengkap susunan bedengan dan perlakuan sebagai berikut:
c.         Penanaman
         Penanaman dilakukan dengan bantuan ajir bamboo dan tali rafia. Kedalaman tanam benih 4-5 cm, jarak tanam yang dicoba 80x40 cm.  Jarak pinggir adalah setengah jarak tanam. Bedengan yang  telah ditugal diisi (ditanam)2 benuh jagung. Bersamaan dengan menanam benih berikan furadan atau Carbofuran (0,17 g) kedalam lubang tanam. Tujuannya untuk mengatasi serangan lalat bibit pada masa awal pertumbuhan. Kebutuhan benih per hektar antara 6-8 kg.
d.        Pemupukan
         Pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea per hektar (4 g per lubang atau 240 g per bedeng), 300 kg TSP per hektar (6 g per lubang atau 360 g per bedeng). Dan 200 kg KCL per hektar (4 g perlubang atau 240 g per bedeng). Pemupukan pertama ini dilakukan pada saat tanam dengan cara larikan (dalam alur). Pemupukan kedua pada umur 28 hari setelah tanam. Pupuk yang hanya urea sebanyak 250 kg per hektar (5 g per lubang tanam atau 300 g per bedeng). Cara pemberian adalah dengan cara larikan (dalam alur) dengan kedalaman 10 cm.
e.         Pemeliharaan
1)        Penyulaman
         Penyulaman dilakukan pada umur dua minggu setalah tanam, penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang tidak hidup.
2)         Penyiangan dan Pembumbunan
         Penyiangan pertama dilakukan pada umur ketiga minggu setelah tanam, kenudian dilakukan juga pembumbunan.


3)         Penyemprotan Hama dan Penyakit
         Pada minggu ketiga juga dilakukan penyemprotan fungisida yang dicamopur dengan insektisida. Pada umur keempat minggu setelah tanam taburkan furadan dipucuk tanaman, penyiangan gulma serta pembumbunan.
4)        Penyiraman
         Penyiraman dilakukan pada setiap pagi dan sore kecuali jika pada hari hujan. Air merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya tanaman jagung manis, terutama pada awal fase pertumbuhannya. Mekanisme penyiraman dilakukan diluar jadwal praktikum dilakukan secara bergilir oleh praktikan dan dibuat absen secara khusus.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Tabel Pengamatan Pra-Panen
Tabel 1. Potensi Tumbuh Benih (Diamati Satu Minggu Setelah Tanam)
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
94,28
84,28
91,43
269,99
89,99
OT 1
98,57
90
92,83
281,4
93,8
OT 2
88,57
91,43
84,29
264,29
88,09

Tabel 2. Tinggi Tanaman (Minggu Ketiga Setelah Tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
51
48
47
48
43
50
47
50
49
48
481
48.1
OT 0 (II)
44
57
57
50
47
48
39
46
47
39
474
47.4
OT 0 (III)
52
39
50
43
50
37
47
50
47
45
460
46
OT 1 (I)
54
52
51
54
51
51
52
60
54
58
537
53.7
OT 1 (II)
34
53
40
51
57
45
49
44
50
45
468
46.8
OT 1 (III)
51
55
51
43
43
55
49
42
36
50
480
48
OT 2 (I)
41
55
40
47
38
51
43
50
56
52
473
47.3
OT 2 (II)
55
57
50
54
53
56
57
50
46
59
539
53.9
OT 2 (III)
53
46
50
55
41
41
47
47
53
50
483
48.3

Tabel 2.1 Jumlah Daun (Minggu Ketiga Setelah Tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
7
7
7
7
7
7
7
7
7
8
71
7.1
OT 0 (II)
8
10
8
7
8
8
6
8
9
6
78
7.8
OT 0 (III)
8
7
8
7
8
8
8
8
8
8
78
7.8
OT 1 (I)
7
8
9
9
9
8
8
8
9
8
83
8.3
OT 1 (II)
6
10
7
8
8
7
7
8
7
7
75
7.5
OT 1 (III)
8
8
8
7
8
8
8
7
7
7
76
7.6
OT 2 (I)
6
8
7
8
8
8
8
8
8
9
78
7.8
OT 2 (II)
9
8
9
8
8
8
8
8
9
8
83
8.3
OT 2 (III)
9
9
9
9
7
8
8
8
8
8
83
8.3
Tabel 3. Tinggi Tanaman (Minggu Keempat Setelah Tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
83
79
80
80
76
81
78
77
82
81
796
79.6
OT 0 (II)
75
88
91
78
81
78
54
81
76
70
768
76.8
OT 0 (III)
81
65
73
70
75
70
75
75
70
75
729
72.9
OT 1 (I)
82
83
93
84
80
81
82
86
85
88
844
84.4
OT 1 (II)
55
87
69
80
84
78
76
79
81
77
766
76.6
OT 1 (III)
80
80
81
65
80
75
75
68
60
70
734
73.4
OT 2 (I)
53
67
80
65
80
70
79
76
82
81
733
73.3
OT 2 (II)
49
87
84
84
87
87
83
81
78
84
853
85.3
OT 2 (III)
82
74
81
85
68
66
82
80
83
85
788
78.8
Tabel 4. Tinggi Tanaman (Minggu Kelima Setelah Tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
130
128
130
131
120
128
125
127
130
121
1270
127
OT 0 (II)
131
129
126
130
121
128
130
131
132
131
1289
128.9
OT 0 (III)
136
90
122
123
130
120
124
125
128
130
1228
122.8
OT 1 (I)
135
141
154
141
117
131
132
137
138
147
1373
137.3
OT 1 (II)
84
130
108
131
132
122
126
124
128
121
1206
120.6
OT 1 (III)
133
138
135
120
133
130
130
120
110
120
1269
126.9
OT 2 (I)
136
90
118
110
135
125
120
131
134
141
1240
124
OT 2 (II)
147
137
136
134
132
142
141
133
133
140
1375
137.5
OT 2 (III)
135
128
135
133
120
115
130
120
130
135
1281
128.1

Tabel 4.1. Jumlah Daun (Minggu Kelima Setelah tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
12
13
13
14
13
13
13
12
13
12
128
12.8
OT 0 (II)
11
13
12
14
13
13
12
13
13
14
128
12.8
OT 0 (III)
11
16
12
11
12
10
10
10
12
11
115
11.5
OT 1 (I)
12
12
13
14
12
12
12
12
12
13
124
12.4
OT 1 (II)
12
13
12
12
13
14
12
12
13
13
126
12.6
OT 1 (III)
11
11
11
10
11
10
11
9
8
10
102
10.2
OT 2 (I)
10
12
13
10
12
13
12
13
13
13
121
12.1
OT 2 (II)
11
12
13
12
13
12
13
10
13
12
121
12.1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tabel 5. Tinggi Tanaman (Minggu Keenam Setelah Tanam)
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
171
183
173
180
170
181
181
182
185
180
1786
178.6
OT 0 (II)
172
201
200
187
165
180
180
182
175
189
1831
183.1
OT 0 (III)
195
163
185
175
190
180
178
180
178
184
1808
180.8
OT 1 (I)
188
189
211
195
171
182
188
184
196
187
1891
189.1
OT 1 (II)
126
182
190
183
190
176
181
177
196
197
1798
179.8
OT 1 (III)
190
190
190
174
170
185
182
178
177
170
1806
180.6
OT 2 (I)
145
166
196
160
175
167
171
179
191
192
1742
174.2
OT 2 (II)
197
188
192
187
188
196
195
182
183
189
1897
189.7
OT 2 (III)
194
190
190
187
170
163
192
182
183
188
1839
183.9
Perlakuan
T 1
T 2
T 3
T 4
T 5
T 6
T 7
T 8
T 9
T 10
Jumlah
Rata2
OT 0 (I)
4
3.8
3.2
3.4
3
3.6
3.4
3
3.7
3.8
34.9
3.49
OT 0 (II)
3.9
4.2
3.6
3
3.4
3.2
3.7
4
3.2
3.6
35.8
3.58
OT 0 (III)
3
3.2
3.8
3.9
3
3.7
3.8
4.1
3.2
3.3
35
3.5
OT 1 (I)
4.2
4.3
3.4
3.2
2.7
3.7
3.2
4.4
4.2
4.1
37.4
3.74
OT 1 (II)
4.1
3.2
3.7
4
4.2
3.9
3.7
3.2
3.8
3.1
36.9
3.69
OT 1 (III)
4.3
3.8
3.9
3.2
4.1
3.9
3.9
3.7
3.8
3.2
37.8
3.78
OT 2 (I)
2.5
3
4.4
3.2
4
3
3.3
2.8
4
4.1
34.3
3.43
OT 2 (II)
3.2
3.4
3.3
3.7
4.1
3.6
4.2
3.2
3.9
3
35.6
3.56
OT 2 (III)
3.6
4.2
3.6
4.1
3.7
3.9
4.2
4.3
3.6
4
39.2
3.92

Tabel 6. Lingkar Batang (Minggu Ketujuh Setelah Tanam)
B.     Pengamatam Saat Panen (Jagung Manis)
Tabel 1. Jumlah Tongkol Tanaman
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
78
75
63
216
72
OT 1
64
59
58
181
60.33
OT 2
60
72
66
198
66

Tabel 2. Bobot Tongkol Berkelobot (gram)
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
1.58
1.62
1.63
4.83
1.61
OT 1
1.7
1.6
1.61
4.91
1.64
OT 2
1.6
1.64
1.42
4.66
1.55

Tabel 3. Bobot Tongkol Tanpa Kelobot (gram)
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
Perlakuan
OT 0
0.88
1
1
2.88
0.96
OT 1
0.9
1.2
1
3.1
1.03
OT 2
0.98
1
1.1
3.08
1.03

Tabel 4. Panjang Tongkol Tanpa Kelobot (cm)
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
20
19.3
19.1
58.4
19.47
OT 1
20
19.6
19.16
58.76
19.59
OT 2
19.66
19.6
18
57.26
19.1

Tabel 5. Diameter Tanpa Kelobot (cm)
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
4.8
5.23
5.3
15.33
5.11
OT 1
4.9
5.26
5.5
15.66
5.22
OT 2
5.23
5.63
5.3
16.16
5.39

Tabel 6. Perkiraan Jumlah Biji Pertongkol
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
626
671
624
1921
640
OT 1
701
612
640
1953
651
OT 2
658
658
700
2016
672

Tabel 7. Hasil Per Bedeng Tanpa Tanaman Pinggir
Perlakuan
Blok I
Blok II
Blok III
Jumlah
Rata-rata
OT 0
29
20
26
75
25
OT 1
29
30
22
81
27
OT 2
27
31
28
86
29

C.    Pembahasan
            Berdasarkan hasil percobaan diatas, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel hasil pengamatan kelompok 1, potensi tumbuh benih (diamati satu minggu setelah tanam) adalah OT 0 = 89.99, OT 1 = 93.8, dan sedangkan OT 2 = 88.09, total dari potensi tumbuh benih adalah 271.88 sehingga dapat diperoleh nilai rata- rata adalah 90.63.
            Setelah benih jagung tumbuh selama tiga minggu maka tanaman jagung mulai membesar. tinggi tanaman jagung pada bedeng I 48.1 cm, bedeng II 53.7 cm, bedeng III 47.3cm,  totalnya 149.1 cm  dan rata-ratanya 49.7 cm. Dan jumlah daun tabel hasil pengamatan kelompok 1, jumlah daun bedeng I 7.1 helai, bedeng II 8.3 helai, bedeng III 7.8 helai, totalnya 23.2 helai, dan rata-ratanya 7.7 helai.
Pada minggu ketujuh diameter pangkal batang hasil pengamatan kelompok 1, diameter pangkal batang bedeng I 3.49 mm, dan pada bedeng II 3.74 mm, dan bedeng III 3.43 mm, sehingga dapat diperoleh totalnya adalah 10.66 mm, dan sedangkan  rata-ratanya 3.55 mm.
Pada saat pemanenan jagung manis, maka jagung manis memiliki hasil yang sangat bagus sehingga berat tongkol dan jumlah tongkol jagung berkelobot hasil pengamatan kelompok 1,berat tongkol berkelobot adalah OT 0 = 1.61 gram, OT 1 = 1.64 gram, OT 2 = 1.55 gram, sehingga dapat diperoleh totalnya adalah 4.8 gram, rata-ratanya 1.6 gram. Sedangkan berat tongkol tanpa kelobot hasil pengamatan kelompok 1, berat tongkol tanpa kelobot adalah OT 0 = 0.96 gram, dan pada OT 1 = 1.03 gram,  dan pada OT 2 = 1.03 gram, maka dapat diperoleh nilai totalnya adalah 3.02 gram, sehingga rata-ratanya 1.007 gram.

















BAB V
PENUTUP


A.      Kesimpulan
a.         Mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
b.        Mengolah tanah merupakan mengubah tanah pertanian dengan menggunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya.
c.         Mengolah tanah untuk: Meningkatkan sifat fisik tanah  menjadi baik, untuk menjaga pertumbuhan tanah menjadi baik,dan untuk mempermudah penggunaan pupuk dan obat-obatan.
d.        Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur.
e.         Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan tetap diperlukan dalam pertanian modern.
f.         Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma.

B.       Saran
a.         Sebaiknya praktikum dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai jadwal.
b.        Sebaiknya co.assisten dapat menjelaskan secara detil hama ataupun penyakit pada tanaman sehingga praktikan mengetahui hama yang menyerang tanaman.
c.         Teknologi di labolatorium yang sekarang sudah sangat memadai (perfect), namun tolong diperbanyak lagi demi kemajuan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA


Adisarwanto, T, ddk. 2004. Meningkatkan Produksi Jagung. PT Penebar Swadaya: Jakarta.
Anonim. 2005. Bertanam Jagung. www.agroindonesia.com. Diakses tanggal 14 Desember 2010.
Anonim. 2006. Bercocok Tanam Jagung. www.warintek.progressio.or.id. Diakses tanggal 14 Desember 2010.
Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang.
Mutaqin, J. 2008. Anjuran Pemupukan Tanaman. Di Tanah Entisaol. Sains Tanah. Vol 1. No 1. hal 1-6
Reijntjes, Coen, ddk. 2009. Pertanian Masa Depan. Kanisius (Anggota IKAPI):
Yogyakarta.
Pearson, L. C. 1967. Principles of Agronomy. Reinhold Publishing Corporation. USA.
Seiriam. 2001. Budidaya Tanaman Pangan. http://www.niagapusri.co.id. Diakses tanggal 14 Desember 2010.
Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 121 hal
Sutanto, R. 1997. Penerapan Pertanian Organik. Kompas, Jakarta. 169.